Home Artikel Cara Menulis Naskah (Script) Siaran Radio, TV, dan Podcast

Cara Menulis Naskah (Script) Siaran Radio, TV, dan Podcast

685

Naskah (script) diperlukan agar siaran berjalan lancar, efektif, dan sesuai durasi. Berikut ini cara menulis naskah siaran radio, televisi, dan podcast. Panduan script writing untuk script writer.

menulis naskah siaran

Naskah siaran atau “skrip” adalah materi siaran yang akan disampaikan penyiar dalam bersiaran, terutama siaran dengan teknik “membaca naskah” dan siaran berita. Presenter televisi dan podcaster juga memerlukan naskah dalam kondisi tertentu.

Penyiar yang menyampikan siaran secara ad libitum tentu tidak memerlukan naskah, kecuali sedikit catatan tentang pokok-pokok materi (pointers) yang akan dibicarakannya.

Selain berfungsi sebagai materi atau bahan siaran, script juga berfungsi sebagai pengendalian siaran agar tepat waktu dan sesuai visi-misi program, penyeragaman tata bahasa bagi penyiar (standarisasi kata), dan pembentuk image radio di benak pendengar.

Penulisan naskah siaran harus diiringi kesadaran penuh bahwa naskahitu akan dibacakan penyiar namun harus terdengar seolah-olah penyiar “tidak membaca”’ tapi “berbicara”, dan dikonsumsi oleh “telinga”.

Dengan kata lain, penulisan naskah radio adalah “,menulis untuk telinga”, “layak dengar” (hearable), bukan untuk mata atau dibaca (readable), dan karenanya harus mudah dibaca oleh penyiar dan dimengerti oleh pendengar.

Prinsip Penulisan Naskah Siaran

Untuk mencapai hal itu, penulis naskah siaran (script writer) hendaknya memperhatikan tiga hal utama berikut ini:

1. Gunakan Bahasa Tutur, Write the Way You Talk!

Naskah harus menggunakan bahasa tutur (spoken language, conversational language ), yakni bahasa percakapan, informal, atau kata-kata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam onrolan sehari-hari.

Prinsip utama penulisan naskah siaran diformulasikan dalam rumus Write the Way You Talk.

Artinya, “tuliskan sebagaimana cara Anda mengatakannya”. Menulis naskah siaran radio, televisi, dan podcast adalah menulis untuk “berbicara”, bukan membaca atau menatap.

Penulisan naskah siaran adalah “menulis untuk telinga” (untuk didengar), bukan untuk mata (bukan untuk dibaca audiens).

2. KISS: Keep It Simple and Short!

Gunakan kata-kata dan kalimat yang sederhana dan singkat sehingga mudah dimengerti. Kalimat panjang, selain menyuliktkan pengucapan oleh penyiar, juga biasanya sulit dicerna. Sebaliknya, kalimat pendek akan mudah diucapkan penyiar dan dipahami pendengar.

3. ELF: Easy Listening Formula

Naskah harus menggunakan “rumus enak didengar”, yaitu susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama. Naskah siaran haruslah “sekali ucap langsung dimengerti”.

Karakteristik Naskah Siaran

Berdasarkan prinsip itu, maka naskah siaran harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:

1. Layak baca dan disampaikan secara tutur.

Karena itu, sebaiknya ucapkan dulu sebelum menuliskannya. Tulislah sebagaimana ingin mendengarkannya atau sebagaimana ingin menyampaikannya kepada teman.

Contoh, kita tidak menulis pukul 16.00 WIB, tapi tulis jam empat sore. Contoh lain: bukan kita tulis Partai Berani Kalah (PBK), tetapi kita tulis Partai Berani kalah atau P-B-K.

Hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa pendengar tidak bisa melihat soal kata dalam kurung.

2. Bersifat langsung

Maksudnya, naskah itu ditulis layaknya komunikasi langsung antar penyiar dengan pendengar.

3. Sekali baca selesai atau sekali ucap langsung dimengerti.

Pendengar harus mampu memahami apa yang ingin penyiar sampaikan, inti cerita, sehingga pendengar langsung dapat menerimanya.

4. Bersifat personal.

Radio adalah alat komunikasi yang sifatnya pribadi. Kita harus menyampaikan berita kita kepada “satu individu” tanpa membuat mereka merasa sebagai bagian dari sekian banyaknya pendengar.

Naskah hendaknya menghindari tulisan bergaya teks pidato, namun menciptakan suasana akrab dan bersahabat.

5. Menyadari yang keluar hanya suara.

Maka bacalah naskah dengan keras dan jelas untuk meyakinkan bahwa suara yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu ringkas, mudah dibaca, langsung pada intinya, alami atau wajar sebagaimana percakapan sehari-hari.

Bara Juga:  5 Cara Menguasai Seni Komunikasi Verbal

6. Jelas

Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus “sekali ucap langsung dimengerti”.

Penyiar hanya memiliki satu kesempatan untuk berkomunikasi dengan pendengar. Pembaca Koran dapat membaca artikel secara berulang-ulang sampai dapat memahami intinya secara jelas. Di radio, pendengar hanya memiliki satu kesempatan untuk memahami sebuah pesan.

7. Ringkas

Satu ide untuk satu kalimat. Naskah harus disusun dengan kalimat-kalimat ringkas sebagaimana kalimat yang biasa diucapkan saat bercakap-cakap.

Dua kalimat pendek lebih baik dari pada satu kalimat panjang. Jika perlu, tulislah dalam frasa-frasa pendek, jangan dalam kalimat lengkap. Kalimat panjang selain sulit dicerna pendengar, juga bisa menyulitkan penyiar dalam menyampaikannya, misalnya soal pengaturan nafas dan intonasi.

8. Sederhana

Kata-kata yang digunakan harus sederhana, umum digunakan dalam percakapan keseharian, tidak rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenal di kalangan awam.

Sekuat mungkin hindari istilah asing, gaya bahasa birokrasi, bahasa hokum atau jargon. Misalnya, gunakan “WC” bukan “gunakan sanitasi sarana perkotaan”

9. Aktif

Gunakan kalimat aktif, bukan pasif. Contoh : Tulislah: “mahasiswa memprotes dosen” bukan : “dosen diprotes mahasiswa”.

10. Imajinatif

Naskah harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara, dan dukungan musik.

Karena itu, gunakan pancaindera, hadirkan gambaan, bau, atmosfer suasana, hal-hal yang terasa, dan lintasan-lintasan pemikiran yang muncul di lokasi. Buatlah gambaran, misalnya dengan mendeskripsikan warna, ukuran, bentuk, dan detil-detil yang relevan.

11. Hindari Akronim

Kalaupun harus menggunakannya, beri keterangan sesudah atau sebelum dikemukakan.

Misalnya……., “….karyawan P-T Dirgantara Indonesia atau P-T-D-I”, atau ….., “…….Pemerintah Daerah Lombok Barat akan meningkatkan P-A-D atau Pendapatan Asli Daerah.

12. Pembulatan Angka

Informasi radio sifatnya global, tidak detil, karenanya angka-angka sebaiknya dibulatkan, misalnya 1.052 menjadi “ seribu lebih”.

13. Global

Hindari sedapat mungkin detail yang tidak perlu, sederhanakan fakta. Misalnya “SK No. 002/C.K/B/XI/2004 tanggal 20 Maret 2004” cukup dikatakan “Surat Keputusan tertanggal 20 Maret 2004”

14. Logis

Hindari susunan kalimat yang terbalik. Susunan kalimat yang baik mengikuti kaidah SPOK- Subyek, Predikat, Obyek, dan Keterangan.

Contoh: Karena gaji P-N-S naik menyebabkan meningaktnya harga-harga kebutuhan pokok.
Akan lebih baik jiak dituliskan : Kenaikan gaji P-N-S menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat.

15. Bercerita

Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus “bercerita”, yakni “menceritakan” orang berbicara apa, dimana, bagaimana, kenapa, dan sebagainya.

Contohnya : “saya tidak mau berkomentar, takut orang salah persepsi”, tegasnya. Diubah penulisannya menjadi “ia tidak mau berkomentar karena taku menimbulkan salah persepsi”.

16. Sign Posting

Sign posting adalah tanda-tanda baca. Gunakan tanda-tanda baca (punctuation) dalam kalimat untuk membantu penyiar dalam membacanya (spoken reading), seperti tanda-tanda pemenggalan kalimat dan ejaan:

  • Garis miring (/) untuk menggantikan koma
  • Garis miring ganda (//) untuk menggantikan titik
  • Garis miring tiga (///) sebagai penanda akhir naskah.
  • Tanda pisah (dash) untuk menonjolkan sebuah nama atau kata keterangan. Contoh: Direktur PT Katalis Multimedia Bandung –John Doe– mengakui…,
  • Tanda sengkang, penghubung, atau strip (-) untuk membantu penyiar mengeja sebuah singkatan. Misalnya : D-P-R, M-U-I, B-A-K.

Tetapi harap diingat, penggunaan punctuation ini tidak mutlak. Penulis naskah dan penyiar harus melihatnya sebagai alat Bantu semata.

Teknis Penulisan Kata dan Kalimat

Secara garis besar, naslah siaran terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.

  1. Bagian awal berfungsi menarik perhatian pendengar dan menunjukan kepentingan informasi. Kalimat pembuka harus menarik perhatian pendengar kea rah masalah yang akan diceritakan.
  2. Bagian tengah berisi detil atau menerangkan informasi.
  3. Bagian akhir harus meninggalkan kesan yang kuat, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban.
Bara Juga:  Monetisasi Podcasting: 20 Cara Menghasilkan Uang dari Podcast

A. Penggunanan Huruf

Gunakan huruf-huruf capital (huruf besar) secara normal, misalnya hanya huruf pertama nama orang atau tempat.

Jangan tulis “semua capital”.

Contoh:

  • RIBUAN MAHASISWA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA DI DEPAN ISTANA NEGARA KEMARIN. (×)
  • Ribuan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara kemarin. ()

B. Kata Ganti

Ulangi kata kunci atau unsur penting dalam kalimat untuk membantu pendengar yang telat menaruh perhatian.

Pastikan antecedent (kata yang menjadi rujukan kata ganti) atau kata gantiya jelas. Kalau ragu, ulangi nama itu.

Contoh:

Tersangka pelaku pencurtian- Fulan- ditangkap polisi. Remaja berusia 19 tahun itu, ditangkap di rumahnya tanpa melakukan perlawanan.

Jangan sekali-kali gunakan “yang belakangan”, “yang terakhir”, “yang terdahulu”, “hal di atas”, atau “ tersebut ada awal” karena pendengar tidak bisa menoleh ke belakang.

Contoh : Harga-harga kebutuhan poko terus naik, terutama beras, terigu, minyak sayur, telor, dan daging. Yang disebut terakhir bahkan harganya meningkat tajam hingga seratus persen.

Sebaiknya ditulis : Harga daging bahkan………

C. Penulisan Nama

Nama tidak boleh ditempatkan pada awal kalimat. Jangan memulai dengan nama karena terlalu mudah lepas dari pendengaran.

Sebutkan lebih dulu atribusi (kata keterangan seperti jabatan atau dentitas lain) orang tersebut, baru namanya.

Contoh: Seorang mahasiswa Unpad –Ahmad, berusia 23 tahun, mengalami……..

Singkatan nama tengah (middle name) umumnya diabaikan, bahkan jika nama itu sudah dikenal, nama depanya (first name) diabaikan saja, dan hanya menyebutkan nama akhirnya (last name).

Contoh: Presiden Joseph Robinette Biden Jr. cukup ditulis dengan Presiden Biden.

Tidak perlu memberikan nama lengkap dan gelar orang terkenal.

Contoh: Prof. Dr. John Doe, MA, MSc cukup ditulis John Doe.

Cara penulisan umur gaya suratkabar, seperti Fernando Jose (30) harus dihindari, tapi gunakan begini: Fernando Jose, berusia 30 tahun.

D. Penulisan Gelar/Jabatan

Atribusi seperti jabatan, gelar, atau predikat selalu mendahului nama. Ingat, jangan memulai kalimat dengan nama karena terlalu mudah lepas dari pendengaran. Jadi, jabatan dulu baru nama.

Contoh: Pengamat politik dari Universitas Bandung –John Doe, bukan ditulis: John Doe, pengamat politik dari Universitas Bandung.

E. Penulisan Unsur Waktu

Gunakan kata-kata “kemarin”, “ hari ini”’ dan “Besok”’ BUKAN Senin, Selasa, dan Rabu. Misalnya, naskah dibaca hari Senin, peristiwanya berlangsung sehari sebelumnya (Minggu), maka tulislah: ribuan mahasiswa melakukan aksi demonstrasi kemarin (bukan hari Minggu).

Gunakan kata “jam” bukan “pukul”. Misalnya, tulislah jam delapan pagi….BUKAN : Pukul 08.00).

Kecuali dalam peristwa sangat penting menyebutkan unsur waktu (misalnya kematian dan gempa bumi), tuliskan unsure waktu (jam) dengan membulatkannya. Misalnya, aksi demontrasi dimulai jam sembilan pagi. Jamgam tulis : Pukul 09.10 WIB.

F. Penulisan Angka

  • Satu angka ditulis pengucapannya. Misalnya angka 2 ditulis “dua”.
  • Lebih dari satu angka, sebaiknya ditulis angkanya karena pembaca berita biasanya lebih menyukainya. Misalnya, 25 atau 345 sebaiknya jangan ditulis : duapuluh lima, tigaratus empatpuluh lima.
  • Gunakan angka untuk nomor10 sampai 999.
  • Untuk angka lebih dari 999, gunakan gabungan angka dan kata yang dihubungkan dengan tanda penghubung. Contohnya : 10-ribu, 13-juta.
  • Selalu eja setiap angka pecahan: tiga-per-empat, dua-per-tiga.
  • Hindari penggunaan daftar angka.
  • Tanggal dan tahun dituis sebagaimana adanya, meskipun hanya satu angka. Misalnya, tanggal 2 Mei 2021.
  • Mata uang sebaiknya ditulis di belakang angka, tidak disngkat, dan tidak menggunakan lambing mata uang. Tulis rupiah untuk Rp, dolar untuk $, dan seterusnya. Misalnya Rp. 600.000 ditulis 600-ribu rupiah, US$ 50.000 di tulis 500-ribu dolar Amerika Serikat.
  • Nomor telepon atau angka banyak semisal nomor seri, gunakan angka dengan tanda penghubung, contoh: 7200-722, 0818-219-XXX.
  • Angka decimal, eja tanda decimal itu. Contoh: lima koma dua (bukan 5,2).
  • Jangan gunakan simbol seperti %, tulislah dengan persen.
Bara Juga:  Sejarah Podcast

G. Tanda Baca

Gunakan tanda baca sebagaimana mestinya seperti tanda Tanya (?), titi (.), Koma (,). Namun banyak penyiar menyukai tanda garis miring satu (/) untuk koma dan garis miring dua (//) untuk titik, hal ini agar lebih jelas dan membantu pengaturan napas.

Contoh:

Pakar pendidikan –Ahmad fulan– menilai/ sistem pendidikan Indonesia harus diubah// Ia menilai, kurikulum saat ini terlalu membebani siswa//

Fulan mengatakan hal itu dalam seminar pendidikan di UPI Bandung hari ini// Menurutnya/ kurikulum hendaknya berfokus pada…//

Seliplan koma (,) atau garis miring (/) sebelum kata “dan” dalam susunan sebuah rangkaian.

Contoh: Para demonstran menuntut agar pemerintah menurunkan harga, dan menindak tegas para koruptor.

Bisa juga ditulis: Para demostran menuntut agar pemerintah menurunkan harga/ dan menindak tegas para koruptor//

Gunakan garis pemisah atau dash berupa dua tanda penghubung hypen (-) sebelum dan sesudah nama orang.

Contoh:

  • Wali Kota Bandung –Oded M Danial– mengatakan….
  • Seorang warga Cicadas Bandung –Ahmad– melakukan…..
GAYA MEDIA CETAK GAYA RADIO
Fulan (30 Thn) Fulan-berusia 30 tahun-
Rp. 20.000 20-ribu rupiah
$US 10.000 10-ribu dolar Amerika
Pukul 19.00 Jam tujuh malam
2/3 Dua per tiga
2,5 cm Dua koma lima centimeter
10% Sepuluh persen
Sabtu (13/3) Hari Sabtu tanggal 13 Maret.

H. Pola Halaman

Pola halaman berikut ini diadaptasi dari rekomendasi pola halaman naskah siaran dalam buku Handbook for Third World Journalist yang disunting Albert L. Hester dan Wai Lan J. To (diterjemahkan menjadi Pedoman unuk Wartawan, terbitan USIS Kedubes AS Jakarta, 1987).

  • Sebaiknya gunakan kertas ukuran standar letter (21,5 X 27,5 cm).
  • Ketik pada satu muka saja dari halaman itu, jangan bolak-balik.
  • Pada sudut kiri atas tiap halaman, tuliskan: Nama Penulis Naskah, Satu atau dua kata tentang ini naskah, dan Tanggal.
  • Sertakan ejaan fonetik setiap kali muncul kata yang sulit diucapkan dalam naskah. Cara pengucapan itu dibuat dalam tanda kurung setelah kata yang dimaksud. Contoh: Ameer Deedat (AMIR DIDAT); M-o-U (EM OW YU).
  • Akhiri setiap halaman dengan paragraph. Jangan lanjutkan satu paragraph dari satu halaman ke halaman lain.
  • Jangan lanjutkan satu kalimat dari satu halaman ke halaman berikutnya (JANGAN bersambung).
  • Tanda akhir selalu dibubuhkan pada akhir naskah, misalnya triple star (***) atau garis miing tiga (///).
  • Jangan lipat atau jepret naskah dalam bentuk apa pun.
  • Takuk (Indent) setiap paragraf.
  • Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan naskah adalah sumber berita, salah satu cara memperoleh informasi dari sumber berita adalah dengan wawancara.

Demikian panduan menyusun atau cara menulis naskah (script) siaran radio, TV, dan podcast. Saya kutipkan dari buku Broadcast Journalism karya Asep Syamsul M. Romli (Nuansa, 2000) dengan sedikit perubahan.*

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here