Etika berperan dalam membangun harmoni dan saling pengertian, termasuk dalam berkomunikasi. Berikut ini bahasan tentang etika komunikasi.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan atau dari kata ethos, yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan sebagai “ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)”.
Dengan demikian, etika berkaitan suatu perbuatan boleh
dilakukan atau tidak.
Etika atau persepsi akan benar atau salah tergantung pada suatu tindakan atau perilaku.
Etika adalah suatu tipe pembuatan keputusan yang bersifat moral dan menentukan apa yang benar atau salah dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Etika sendiri merupakan cabang utama ilmu filsafat yang mempelajari mengenai nilai-nilai mengenai benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab yang menjadi standar dan penilaian moral dalam masyarakat atau publik.
Menurut Franz Magnis Suseno, etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang mmberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
Menurut James J. Spillane SJ, etika adalah mempertimbangkan dan memperhatikan tingkan laku manusia dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan moral, yang mana lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia untuk menentukan benar atau salah.
Bagi Maryani dan Ludigdo, etika adalah seperangkat norma, aturan, atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan, yang dianut oleh sekelompok masyarakat.
Pengertian Etika Komunikasi
Komunikasi adalah proses atau kegiatan menyampaikan dan menerima pesan.
Mengacu pada pengertian etika, etika komunikasi (communication ethics) adalah gagasan moral yang memengaruhi komunikasi.
Secara umum, etika komunikasi berkaitan dengan moralitas dalam segala bentuk komunikasi manusia. Ini termasuk komunikasi antar-orang, komunikasi di media massa, dan komunikasi digital.
Eika komunikasi mencakup segala nilai dan norma yang menjadi standar dan acuan dalam berkomunikasi. Etika komunikasi menilai mana tindakan komunikasi yang baik dan buruk berdasarkan standar yang berlaku.
Karena komunikasi merupakan salah satu hal yang krusial dalam kehidupan manusia, maka penting bagi kita untuk memahami mengenai etika komunikasi.
Tanpa adanya etika komunikasi, dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalahpahaman, pertengkaran, perselisihan, dan sebagainya.
Selain itu, etika komunikasi yang tidak diketahui dan diterapkan akan menyebabkan hubungan kita dengan orang lain jadi buruk.
Belum ada secara pasti definisi yang tepat dalam menggambarkan apa itu etika komunikasi.
Etika komunikasi dikaitkan dengan watak atau kesusilaan yang menentukan benar atau tidaknya cara penyampaian pesan kepada orang lain yang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lisan ataupun tidak langsung.
Dalam Islam, dikenal istilah komunikasi Islam yang mengacu pada ajaran Al-Qur’an yang memerintahkan bagaimana sebaiknya umat Islam berkomunikasi.
Setidaknya ada enam prinsip sekaligus etika berkomunikasi Islam yang disebutkan dalam Al-Quran:
- Qaulan Sadida – perkataan yang benar, tidak bohong.
- Qaulan Baligha – perkataan yang efektif, lugas, dan jelas.
- Qulan Ma’rufa – perkataan yang baik, sopan, tidak kasar.
- Qaulan Karima – perkataan yang memuliakan, menghargai orang lain, enak didengar.
- Qaulan Layinan – perkataan yang lemah-lembut dan ramah.
- Qaulan Maysura – perkataan yang mudah dimengerti atau dipahami.
Qaulan (bahasa Arab) artinya ucapan atau perkataan, pilihan kata-kata, susunan kalimat, termasuk cara mengatakannya.
Apa saja etika komunikasi?
Etika komunikasi secara umum sama dengan etika dalam kehidupan sehari-hari, seperti jujur atau tidak berbohong, berbicara sopan, tidak menyinggung perasaan orang lain, jelas, dan sebagainya.
Khusus kalangan profesional seperti dokter, wartawan, dan humas, ada kode etik tertulis di organisai profesi mereka. Wartawan, misalnya, memiliki kode etik jurnalistik dan humas (public relations) memiliki kode etik kehumasan.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini etika berkomunikasi yang berlaku universal, baik dalam komunikasi formal maupun informal.
1. Fokus pada komunikan
Komunikan adalah yang menerima pesan kita sebagai komunikator. Dalam praktik sehari-hari biasa disebut “lawan bicara” atau audiens.
Kita harus fokus kepada lawan bicara dalam berkomunikasi, sambil melihat reaksinya, baik reaksi verbal maupun non-verbal (bahasa tubuh).
Demikian pula saat menjadi komunikan atau pendengar, kita harus fokus kepada yang sedang berbicara. Kita memberi perhatian penuh.
Orang yang cenderung tidak memperhatikan lawan bicara biasanya kehilangan beberapa potong informasi yang disampaikan dan terjadi kesenjangan antara kedua belah pihak.
Biasanya pihak yang menyampaikan informasi (komunikator) secara perasaan akan tersinggung dengan kita dan secara otomatis kesalahan fatal informasi (informasi yang salah).
2. Fokus pada masalah
Selain fokus kepada komunikan atau komunikator, kita juga harus fokus kepada masalah.
Dalam beberapa kasus, komunikasi beberapa individu melupakan pokok permasalah yang ingin dibicarakan. Hal ini terjadi karena informasi yang seharusnya disampaikan terlalu melenceng dari yang dibicarakan.
Agar fokus, perlu adanya penyusunan konsep sebelum berbicara dengan orang lain.
Hindari mencampuradukkan masalah lain yang tidak memilik kaitan dengan informasi atau topik yang sedang dibicarakan.
3. Jangan menimpali pembicaraan.
Komunikan yang baik adalah komunikan yang mau mendengarkan dengan bijak perkataan dari komunikator, menghargai apa yang dikatakannya dan tidak menimpali atau menyela perkataannya sebelum selesai.
4. Saling menghargai
Biasanya dalam proses ini dua individu (komunikan dan komunikator) perlu saling memahami satu sama lain dalam model komunikasi dipaparkan dalam konsep kesamaan.
Tingkat efektivitas komunikasi akan terjalin lebih tinggi jika dua individu memiliki kesamaan yang besar. Kita harus tetap menjaga etika dengan menghargai tiap ucapan orang tersebut dengan menyimak dan mendengarkan apa yang dikatakannya.
Dengan demikian rasa pengahargaan akan timbul pula pada orang yang kita hargai tersebut.
5. Selingi dengan Humor
Ada kalanya dalam berkomunikasi kita merasa bosan dengan informasi yang disampaikan.
Tentu ini bukan kesalahan pendengar/audiens, namun dalam proses penyampaian informasi tersebut kurang bumbu yang menarik pendengar. Kita perlu menyelinginya dengan candaan atau gurauan agar para pendengar atau komunikan tidak merasa bosan dengan apa yang kita sampaikan.
6. Gunakan kalimat baku
Dalam proses transaksi informasi, seorang individu termasuk kepada orang yang tidak dikenal atau belum memiliki kedekatan sama sekali, kita perlu menggunakan kalimat baku atau formal agar orang lain merasa dihargai.
7. Jangan berbicara sambil melakukan hal lain.
Orang tentu akan merasa tersinggung jika kita dengan sibuk makan dan dalam saat bersamaan berbicara dengan lawan bicara kita.
8. Jangan terlalu banyak basa-basi
Dalam beberapa kasus, ada beberapa orang yang cenderung lebih menyukai penyampaian langsung (to the point), meski sebagian juga menyukai basa-basi.
Dalam komunikasi formal, kita tidak memerlukan basa-basi. Kita hanya perlu memaparkan garis besarnya.
9. Jangan Berbicara dengan nada kasar
Berbicara dengan nada kasar tidak perlu penjelasan lebih lanjut, orang tentu tidak akan suka jika dibentak dan dimaki.
10. Nada memerintah
Hindari nada kalimat yang memerintah. Orang akan lebih suka disuruh jika suruhannya diiringi kata-kata “magic”, yaitu “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”.
11. Memulai Pembicaraan
Saat memulai pembicaraan, lihat keadaan calon lawan bicara. Apakah dia terlihat sedang sibuk atau terburu-buru?
Kalau ya, mungkin kita harus mencoba berbicara lain kali. Karena nanti kita justru akan mengganggu orang itu dan membuatnya tidak nyaman.
12. Ramah dan sopan.
Sapalah lawan bicara Anda dengan ramah dan sopan, namun tidak terkesan dibuat-buat.
Kita bisa mengajukan pertanyaan basa-basi untuk pembuka seperti apa kabar, mau kemana, dari mana, dan semacamnya.
13. Jangan hanya bicara, dengarkan juga.
Kebanyakan orang mengasumsikan komunikasi selalu berkaitan dengan bicara, padahal tidak hanya itu.
Mendengarkan juga salah satu bagian dari komunikasi, dan hal ini sangat penting untuk dilakukan. Ketika kita terlalul sibuk bicara dan tidak memperhatikan apa yang diucapkan lawan bicara, kita seperti tidak menghargainya.
14. Tatap mata lawan bicara.
Dalam komunikasi langsung tatap muak, hal yang pertama harus dilakukan adalah menatap lawan bicara kita –dikenal dengan “kontak mata” (eye contact).
Jangan sampai kita malah melihat ke arah yang lain dan membuat lawan bicara terganggu atau merasa tidak diperhatikan.
Jika kesulitan menatap langsung pada mata lawan bicara, kita bisa melihat ke arah garis tengah antara kedua matanya (yang sejajar dengan hidung) atau lihat sedikit ke atas kepalanya.
15. Jaga intonasi dan kecepatan bicara.
Bicaralah dengan suara yang stabil, tidak terlalu pelan atau terlalu tinggi. Keduanya bisa menyebabkan orang salah mengerti dan tidak paham apa yang kita bicarakan.
Selain itu, bicaralah dengan kecepatan normal supaya dapat disimak dengan baik.
16. Konfirmasi jika merasa salah paham.
Dalam berkomunikasi, kita tidak dapat terhindar dari adanya kesalahpahaman.
Kesalahpahaman bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya gangguan lingkungan atau ketidakfokusan kita dalam menyimak. Karena itu, perlu dikonfirmasikan langsung hal yang disalahpahami guna meluruskan keadaan.
Demikian etika komunikasi.*