Bertanya merupakan bagian dari seni komunikasi. Bahkan, dalam jurnalistik, ada teknik khusus bertanya kepada narasumber saat wawancara berita. Berikut ini tips bagaimana teknik cara bertanya yang baik dan efektif.
Pertanyaan yang baik itu singkat, padat, mudah dimengerti, dan menggali informasi dari yang ditanya.
Menurut Better Up, tidak semua orang tahu bagaimana mengajukan pertanyaan yang baik.
Meskipun cara bertanya tampaknya merupakan konsep yang cukup mudah, mengajukan pertanyaan yang baik adalah keahlian yang membutuhkan waktu dan upaya untuk menyempurnakannya.
Anda mungkin pernah mengajukan pertanyaan yang salah dari waktu ke waktu. Tidak apa-apa — Anda di sini untuk belajar sekarang.
Setelah Anda menguasai seni bertanya ini, Anda akan memiliki alat canggih yang tersedia. Mengajukan pertanyaan yang tepat sangat penting untuk alur percakapan yang baik dan efisiensi.
Kriteria pertanyaan yang bagus
Anda mungkin berpikir bahwa pertanyaan yang bagus mengembalikan jawaban yang benar saat pertama kali Anda bertanya. Itu benar jika Anda menanyakan arah ke jalan raya atau cara mengambil resep baru Anda.
Daripada menanyakan hal yang sama berkali-kali dengan berbagai cara, pertanyaan yang bagus langsung ke intinya (to the point).
Pertanyaan yang baik itu ringkas, deskriptif, dan tidak terlalu bertele-tele. Saat Anda mengajukan pertanyaan yang bagus, orang yang Anda ajak bicara mengerti persis apa yang Anda maksud atau tanyakan.
Pertanyaan yang baik menghindari kebingungan pihak yang ditanya. Pertanyaan yang bagus, di sisi lain, mengembalikan lebih banyak informasi.
Jika Anda mengajukan pertanyaan yang bagus, Anda mendapatkan wawasan berharga yang membantu Anda memahami masalah dengan lebih baik atau melihat peluang yang tidak Anda sadari sebelumnya.
Pertanyaan yang bagus memungkinkan percakapan mengalir dengan mudah. Mereka tidak selalu cepat meskipun mereka bisa efisien.
Untuk memahami apa yang membuat pertanyaan bagus, ada baiknya untuk mengetahui berbagai jenis pertanyaan:
- Pertanyaan terbuka — menyisakan ruang untuk lebih banyak diskusi dan menuntut lebih banyak penjelasan.
- Pertanyaan tindak lanjut — memungkinkan Anda mengejar topik dan memperluas percakapan Anda.
- Pertanyaan yang mengarahkan — mendorong respons spesifik dan mengarahkan percakapan ke arah yang baru.
Cara Bertanya yang Baik
Tidak ada rumus universal untuk mengajukan pertanyaan yang bagus karena bergantung pada si penanya dan konteksnya. Meski demikian, berikut ini cara bertanya yang baik dan efektif.
1. Ringkas, To the Point!
Pertanyaan yang baik itu ringkas, langsung ke inti, alias to the point.
Biasanya saat mengajukan sebuah pertanyaan, beberapa orang akan memulainya dengan narasi cerita yang biasanya panjang dan cenderung berputar-putar, atau bahkan ada yang sampai “curhat” sebelum mengajukan pertanyaan.
Usahakan untuk segera to the point pada pertanyaan. Terlalu lama mengulur-ulur waktu untuk mengajukan pertanyaan, justru hanya akan membuat beberapa orang bosan jika Anda hanya terus berbicara dan “berteori” tanpa mengajukan pertanyaan yang pasti.
Dengan langsung mengajukan pertanyaan secara singkat dan padat, Anda akan mendapatkan jawaban yang akurat dan memuaskan.
Anda tak akan dapat jawaban jika tak berhenti bicara. Jadi tak perlu menambahkan beberapa kemungkinan jawaban di akhir pertanyaan.
Pertanyaan bertele-tele menunjukkan kurangnya kesadaran diri. Itu bisa berakhir membingungkan seseorang lebih dari yang seharusnya.
Orang yang ditanya seharusnya hanya mendengar pertanyaan Anda sekali, bukan tiga atau empat kali.
2. Hindari pertanyaan tertutup
Kecuali sekadar konfirmasi atau penegasan, jangan ajukan pertanyaan tertutup ‘Yes No Question” –yaitu pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” dan “tidak”.
Namun, jika yang ditanya orang yang luas wawasan, biasanya tidak menunggu ditanya “kenapa”, tapi langsung menguraikan alasannya.
Pertanyaan tertutup ini merupakan pantangan dalam wawancara jurnalistik yang menggali informasi sebanyak-banyaknya.
Pertanyaan yang akan mendapatkan jawaban panjang adalah “mengapa” atau “kenapa” (why).
Hindari pula pertanyaan yang belakangan “tren” di kalangan reporter televisi: “Seperti apa?” Itu bukan pertanyaan jurnalistik karena meminta yang ditanya mengibaratkan sesuatu dengan hal lain.
Pertanyaan terbaik dalam reportase jurnalistik adalah “bagaimana” atau “mengapa”, bukan “apakah” apalagi “seperti apa”.
3. Gunakan nada yang sesuai
Pertanyaan memiliki tujuan dan makna yang berbeda di baliknya. Beberapa serius, sementara yang lain ringan dan menyenangkan.
Penting untuk mengetahui kapan Anda harus memiliki nada profesional dan serius dan kapan Anda bisa santai.
Menjadi fleksibel dan menyesuaikan gaya Anda adalah kuncinya. Bersikap terlalu formal dalam setiap situasi, dapat membuat orang tidak nyaman dan menghambat keinginan mereka untuk berbagi informasi.
Saat Anda mengajukan pertanyaan berikutnya, perhatikan suasana di ruangan atau dengan orang yang Anda ajak bicara.
4. Diam menunggu jawaban
Selesai bertanya, gunakan kekuatan diam. Mulailah merasa nyaman dengan mengajukan pertanyaan, menunggu jawaban, mendengarkan respons, lalu menunggu lagi.
Sering kali orang yang Anda tanyakan memiliki lebih banyak informasi dan akan memberikannya ketika Anda diam mendengarkan jawaban mereka.
Anda harus merasa nyaman dengan periode diam. Polisi dan interogator militer menggunakan keheningan dengan sangat efektif.
Jadi, jadilah pendengar yang baik! Ketika seseorang memberi Anda jawaban atau menjelaskan sesuatu kepada Anda, perhatikan.
Jika Anda tidak mendengarkan dengan benar, Anda mungkin mendapati diri Anda mengajukan pertanyaan yang sudah terjawab.
Dengan berfokus pada mendengarkan, Anda akan menghindari mengajukan pertanyaan umum yang mungkin harus Anda ketahui jawabannya.
Saat orang lain berbicara, lakukan kontak mata dan angguklah saat Anda memahami hal-hal yang mereka katakan untuk tetap terlibat.
5. Hindari Interupsi
Jangan menyela! Jangan mengganggu orang yang Anda tanya.
Dengan menginterupsi mereka, hal ini memberitahu kepada mereka bahwa Anda tidak menghargai apa yang mereka katakan.
Menginterupsi dapat menghentikan pemikiran mereka dan mengarahkan pembicaraan seperti yang Anda inginkan.
Ajukan pertanyaan Anda, lalu biarkan orang tersebut menjawabnya sepenuhnya, bahkan ketika Anda merasa tidak mendapatkan jawaban yang Anda inginkan.
Dengarkan sepenuhnya apa yang mereka katakan dan gunakan itu untuk mengarahkan mereka kembali ke topik pada pertanyaan berikutnya saat ada jeda alami.
Jika Anda membutuhkan jawaban cepat, dan mereka sudah lama menyimpang dari topik bahasan, maka tentu saja Anda perlu menyela.
Bersikaplah dengan sopan saat melakukannya. Ini menunjukkan bahwa Anda menghormati terhadap apa yang mereka katakan.
Katakan sesuatu seperti, “Mohon maaf, saya ingin memastikan bahwa saya mengerti Anda. Apa yang saya tangkap dari jawaban Anda adalah … “.
Pertanyaan tersebut akan membawa mereka kembali pada masalah yang ada.
Anda perlu menjadi pendengar yang baik, karena interupsi hanya akan mengganggu pemikiran lawan bicara. Akhirnya Anda tak bisa mendapatkan jawaban sempurna.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Research in Personality, menjadi pendengar yang baik juga menguntungkan.
Saat seseorang merasa didengar oleh orang yang berusaha memengaruhi mereka, kadar kepercayaan, komitmen, dan suka pada orang itu meningkat. Pada akhirnya, ini semua memperkuat kemampuan untuk memengaruhi dalam suatu situasi.
6. Jangan memancing
Menurut jurnalis veteran Clive Thompson, pertanyaan yang paling buruk adalah pertanyaan menjurus. Maksudnya adalah pertanyaan yang Anda lontarkan untuk memancing jawaban tertentu.
Buat apa bertanya jika Anda sudah tahu jawabannya. “Hindari itu apa pun risikonya,” tegas penulis untuk Wired dan The New York Times tersebut.
Kalaupun Anda berusaha mendapat konfirmasi, bertanyalah secara objektif dan langsung. Dengan demikian Anda terlihat lebih percaya diri dan bisa mendapatkan jawaban yang lebih jujur.
Pertanyaan memancing disebut juga leading question atau pertanyaan yang mengarahkan. Sebuah pertanyaan yang sudah mengasumsikan jawaban.
Orang yang mengajukan pertanyaan yang mengarahkan terkadang ingin memastikan bahwa mereka sudah mengetahui jawabannya.
Meskipun tidak berbahaya dalam beberapa situasi, itu tidak menyisakan ruang untuk respons yang berbeda.
Bertanya Sebagian dari Pengetahuan
Bertanya adalah sebagian dari pengetahuan. Jika sering bertanya, pengetahuan akan bertambah, bahkan jika kita belum menemukan jawabannya.
Jika Anda punya pertanyaan tentang apa saja, maka Anda sudah memiliki 50% pengetahuan. Setengahnya lagi akan melengkapi pengetahuan Anda setelah mendapatkan jawaban.
Murid atau mahasiswa yang sering tanya, dipastikan ia lebih banyak tahu daripada murid/mahasiswa lain. Setidaknya, ia berpikir dan merespons ilmu yang dishare guru/dosen di kelas.
Mahasiswa yang malas tanya, kemungkinan besar karena ingin cepat-cepat kelas selesai alias bubar 🙂
Kita bisa bertanya sama Mbah Google tentang banyak hal. Namun, hati-hati, banyak juga “sampah” di sana. Konfirmasi pada ahlinya, jangan langsung percaya, apalagi jika informasi itu datang dari situs anomim.
Demikian seni komunikasi tentang teknik atau cara bertanya yang baik dan efektif.
Ringkasnya, ajukan pertanyaan dengan ringkas dan to the point, jelas, jadilah pendengar yang baik, hindari pertanyaan yang mengarahkan.*