Komunikasi adalah ilmu dan sekaligus seni. Sebagai seni, komunikasi menuntut keahlian dan kecerdasan dalam merancang, mengemas dan menyampaikan pesan secara bernas dan cerdas. Para profesional komunikasi yang bergelut di bidang media, PR, periklanan, konsultan politik atau bisnis, jasa dan pelayanan publik.
Seni Mendengarkan
Salah satu bentuk komunikasi adalah menerima pesan dengan mendengarkan (listening).
Salah-satu cara agar pengetahuan kita bertambah adalah dengan mendengarkan.
Maka seni berkomunikasi bukan mengenai seberapa baik kita berbicara, namun seberapa baik kita mendengarkan.
Semakin banyak kita mendengarkan, semakin banyak informasi yang kita miliki. Maka tindakan dan keputusan yang kita ambil akan semakin tajam, karena didasari oleh pengetahuan yang diterima.
Orang bijak berpikir dan bertindak berdasarkan pertimbangan logis dari rangkaian informasi yang dimilikinya. Itu sebabnya, para pemimpin perusahaan besar adalah orang yang ahli dalam mendengarkan.
Saat ini sosial media adalah media dengan tingkat percakapan yang tinggi, jadi pasang ‘telinga’ di sosial media. Saat kita mengabaikan sosial media, kita sedang mengabaikan konsumen.
Saat kita mulai mendengarkan, maka mulailah dengan kerendahan hati untuk menerima informasi dan bersikap proaktif terhadap informasi yang didapat. Kecepatan proaktif dalam bertindak akan menentukan keberhasilan kita. Ini yang kita sebut dengan momentum. Makanya kita perlu alat dengar yang cepat dan tepat dalam menarik data dan menyajikan data.
Sering kali saat kita berbicara, kita tidak benar-benar sadar apa yang kita katakan, karena biasanya kita lebih cepat berkata-kata dibanding berpikir.
Itu sebabnya, kita harus membiasakan merekam pembicaraan, presentasi, pidato, atau public speaking untuk didengarkan ulang dan evaluasi demi perbaikan.*