Muara Komunikasi Politik: Opini Publik
Komunikasi Politik bermuara pada terbentuknya opini publik (public opinion) tentang para aktor politik atau isu-isu politik yang berkembang.
Dalam perkata lain, pada dasasarnya, komunikasi politik dimaksudkan untuk menciptakan opini publik sebagai dampak (effect) dan timbal balik (feedback) dari proses komunikasi.
Pengertian Opini Publik
Opini publik adalah “kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau menarik minat komunitas” (James Bryce).
Opini publik adalah pandangan orang banyak yang tidak terorganisasi, tersebar di mana-mana. Karena kesamaan pandangan terhadap sesuatu, mereka secara sadar atau tidak dapat bergerak serentak dan bersatu-padu menyikapi sesuatu tersebut.
Opini publik menggerakkan orang bersikap atau bertindak. “Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan manka sesuatu itu bagi mereka” (Herbert Blumer).
Kekuatan Opini Publik
Kekuatan opini publik luar biasa besar. Opini yang ada di benak setiap orang menentukan sikap orang itu terhadap sesuatu. Opini publik yang tercipta di masyarakat bisa menjadi sanksi sosial atau tekanan psikologis.
Opini publik bisa diciptakan dan direncanakan. Seringkali –kalau tidak selalu– muatan berita sebuah media massa bermisi pembentukan opini publik.
Apalagi dewasa ini media massa merupakan lembaga yang sangat berpengaruh.
Orang menggantungkan diri pada pemberitaan media massa untuk mengetahui atau mengenali sesuatu, meskipun apa yang tersaji dalam berita media massa bukan merupakan kenyataan hakiki (pure reality) melainkan “realitas media”, “relaitas kedua” (second reality), atau “realitas semu” (pseudo reality) yang sering menjadi kebenaran semu.
Realitas yang digambarkan media merupakan kenyataan yang tidak ditampilkan secara utuh dan dilukiskan berdasarkan kriteria tertentu.
Opini ialah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu. Tindakan itu bisa berupa pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau bahkan diam.
Pembuatan Opini: Agenda Setting
Secara individual, opini terbentuk dari fakta atau data yang dimilikinya. Fakta/data itu menjadi referensi dalam melakukan analisis atau mengurai fenomena yang terjadi.
Dalam komunikasi massa atau dunia media, pembentukan opini dilakukan dalam kerangka teori Agenda Setting sebagaimana dikemukakan Maxwell McCombs and Donald L. Shaw (The Emergence of American Political Issues. New York. West Publishing Co, 1977):
“The Agenda-Setting Theory mengatakan media (terutama media berita) tidak selalu berhasil memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka cukup berhasil memberi tahu kita untuk memikirkan tentang apa.”
(The Agenda-Setting Theory says the media (mainly the news media) aren’t always successful at telling us what to think, but they are quite successful at telling us what to think about)
Dalam proses pembentukan opini di media, redaksi menggunakan gatekeeping dan agenda setting untuk mengendalikan akses publik terhadap berita, informasi, dan hiburan.
Gatekeeping adalah “is a series of checkpoints” yang harus dilalui sebuah berita sebelum mencapai publik.
“Checkpoints” itu mengacu kepada visi, misi, kode etik, undang-undang, keinginan pembaca, atau bahkan “pesan sponsor” dan “pesan pemodal”. Yang menjadi gatekeepers adalah para reporter, editor, dan penulis.
Setelah gatekeeping proses selanjutnya adalah Agenda Setting.
Agenda Setting didefinsikan sebagai “proses dimana media massa menentukan apa yang kita pikirkan dan khawatirkan” (the process whereby the mass media determine what we think and worry about).
Hasilnya, terbentuk opini publik yang mengendalikan massa untuk bereaksi atau bersikap. Pakar komunikasi, Lippmann, mencatat:
“media mendominasi penciptaan gambar-gambar di kepala kita, reaksi publik bukan pada peristiwa aktual tetapi pada gambar-gambar di kepala kita.”
(the media dominates over the creation of pictures in our head, the public reacts not to actual events but to the pictures in our head).
Agenda Setting digunakan “untuk merombak semua peristiwa yang terjadi di lingkungan kita, menjadi model yang lebih sederhana sebelum kita menghadapinya”.
Hasilnya, “media massa mungkin tidak berhasil memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan (berpikir), tetapi mereka sangat berhasil memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan (memikirkan sesuatu)”.
Agenda Setting memiliki dua level. Seperti disebutkan dalam Teori Komunikasi, tingkat pertama memberlakukan subjek umum yang paling penting, dan tingkat kedua memutuskan bagian mana dari subjek yang penting.
Bagian pertama dari proses ini adalah pentingnya isu-isu yang akan dibahas di media. Kedua, isu-isu yang dibahas di media berdampak pada cara berpikir publik, hal ini disebut sebagai agenda publik.
Akhirnya agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan. Selanjutnya “agenda media mempengaruhi agenda publik, dan agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan.” (Stephen W. Littlejohn Theories of Human Communication).
Jadi, urutannya, agenda setting > agenda publik > agenda kebijakan > kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
Penutup
Demikian ringkasan materi kuliah komunikasi politik, mulai dari pengertian, proses, sarana, aktor, propaganda, kampanye, hingga opini publik.
Daftar Pustaka/Referensi
- Dan Nimmo. Komunikasi Politik. Rosda, Bandung, 1982.
- “Siebert’s Four Theories of the Press: A Critique”, Terje Steinulfsson Skjerdal, Northwestern College <http://www.nwc.edu>, St. Paul, Minnesota, 1993.
- Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication. Seventh Edition.Albuquerque, New Mexico. Wadsworth, 2002)
- Dedy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi. Rosda, Bandung, 1999.
- Joe Garecht, “How to Keep Your Political Campaign Organized” (Local Victory Newsletter, January 15, 2003, www. localvictory.com)
- Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
- Jack Plano dkk., Kamus Analisa Politik, Rajawali Jakarta 1989
- Gariel Almond. The Politics of the Development Areas, 1960.
- Gabriel Almond and G Bingham Powell, Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi, Oxford & IBH Publishing Company, 1976.
- Mochtar Pabottinggi, “Komunikasi Politik dan Transformasi Ilmu Politik” dalam Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun (eds). Jakarta, Gramedia, 1993;
- Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta, 1982.