Nilai Berita
Produk utama jurnalistik atau karya utama wartawan adalah berita (news). Per definisi, berita adalah laporan peristiwa aktual, faktual, penting, dan menarik.
Setiap detik terjadi peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa diliput dan diberitakan. Wartawan atau media memiliki penilaian untuk menentukan perstiwa yang layak dijadikan berita. Ini disebut nilai berita (news value) atau komponen “kelayakan berita” (The Components of “Newsworthiness”).
Mengapa sebuah media menonjolkan berita tertentu sementara yang lain menerima sedikit liputan, jika ada?
Sama seperti anggota audiens individu memiliki akses ke begitu banyak berita sehingga mereka perlu memutuskan jenis informasi apa yang ingin mereka konsumsi (dan bagaimana mereka mengaksesnya), media berita harus memutuskan acara mana yang layak untuk diliput dan peristiwa mana yang tidak.
Meskipun setiap outlet berbeda, “penjaga gerbang” (gatekeeper), yaitu para editor/redaktur media massa, secara tradisional mengandalkan beberapa nilai yang dapat diprediksi untuk mengevaluasi kelayakan sebuah berita.
Keputusan mereka memengaruhi jika dan bagaimana cerita tertentu diliput, termasuk berapa banyak sumber daya yang dihabiskan untuk mengikuti cerita, dan seberapa menonjol cerita tersebut ditampilkan.
Berikut ini adalah tinjauan singkat dari dua model nilai berita konseptual yang terus digunakan jurnalis saat ini untuk mengevaluasi kelayakan berita dari cerita potensial.
Gatlung dan Ruge mengembangkan model pertama tahun 1973 dan Shoemaker et al. ditindaklanjuti dengan model serupa tahun 1987.
Nilai Berita versi Gatlung dan Ruge, 1973
- Relevansi – Seberapa relevan sebuah berita bagi audiens yang bersangkutan? Misalnya, gempa bumi California hampir selalu lebih relevan bagi khalayak Pantai Barat daripada khalayak di Kalkuta.
- Ketepatan waktu (timeliness) – Seberapa baru acara tersebut terungkap? Pengaturan waktu adalah hal yang paling penting dalam siklus berita 24 jam saat ini. Peristiwa terkini, atau peristiwa yang sedang dibuat, kemungkinan besar akan memimpin berita.
- Penyederhanaan (simplification) – Cerita yang dapat dengan mudah disederhanakan atau diringkas cenderung ditampilkan lebih menonjol daripada cerita yang berbelit-belit atau sulit dipahami.
- Prediktabilitas – Acara tertentu, seperti pemilu, acara olahraga besar, acara astrologi, dan keputusan hukum, terjadi pada jadwal yang dapat diprediksi. Saat acara semakin dekat, biasanya mendapatkan nilai berita.
- Hal yang tidak terduga – Di sisi lain, peristiwa seperti bencana alam, kecelakaan, atau kejahatan sama sekali tidak dapat diprediksi. Peristiwa ini juga cenderung memiliki nilai berita yang signifikan.
- Kontinuitas – Beberapa peristiwa, seperti perang, pemilu, protes, dan pemogokan, memerlukan liputan yang berkelanjutan. Peristiwa ini kemungkinan besar akan tetap menjadi berita untuk waktu yang lama, meski tidak selalu menjadi berita utama.
- Komposisi – Editor harus mengingat gambaran besarnya—jumlah semua konten di outlet media mereka. Karena alasan ini, seorang editor dapat memilih cerita-cerita human interest yang lembut untuk mengimbangi jurnalisme investigatif yang keras lainnya.
- Orang Elit (elite people) – Orang-orang tertentu, seperti politisi, penghibur, dan atlet, dianggap, berdasarkan statusnya, lebih layak diberitakan. Jika seseorang melempar sepatu ke orang biasa, itu mungkin bukan berita. Jika seseorang melempar sepatu ke Presiden Amerika Serikat, kemungkinan akan menjadi berita selama berminggu-minggu.
- Negara Elit (elite countries) – Kelaparan, kekeringan, dan bencana nasional lebih cenderung menarik perhatian jika terjadi di negara kaya dan maju daripada jika terjadi di negara berkembang.
- Negativitas – Secara umum, editor menganggap berita buruk lebih layak diberitakan daripada kabar baik. Ada ungkapan Bad news is good news. Kabar buruk itu adalah berita yang bagus.
Nilai Berita versi Shoemaker Et.al, 1987
- Ketepatan waktu (timeliness) – Shoemaker et al. juga mengakui ketepatan waktu atau aktualitas sebagai nilai berita kritis.
- Kedekatan (proximity) – Mirip dengan “Relevansi” Gatlung dan Ruge. Semakin dekat sebuah acara berlangsung dengan audiens yang dituju, semakin penting acara tersebut. Inilah sebabnya mengapa cerita lokal atau regional yang besar mungkin tidak menjadi berita nasional.
- Pentingnya, dampak, atau konsekuensi (Importance, impact, or consequence) – Berapa banyak orang yang akan terkena dampak acara? Isu seperti perubahan iklim telah menjadi berita besar dalam beberapa tahun terakhir justru karena perubahan lingkungan mempengaruhi seluruh planet.
- Minat, Ketertarikan (Interest) – Apakah cerita tersebut memiliki ketertarikan khusus pada manusia? Misalnya, kisah inspiratif tentang seseorang yang mengatasi peluang besar untuk mencapai tujuannya menarik bagi kepentingan manusia yang mendasar.
- Konflik atau Kontroversi – Mirip dengan “Negativitas” Gatlung dan Ruge. Editor umumnya menganggap konflik lebih layak diberitakan daripada perdamaian.
- Sensasionalisme – Kisah-kisah sensasional cenderung menjadi halaman depan lebih dari keseharian.
- Prominence – Mirip dengan “orang elit” Gatlung dan Ruge. Tindakan orang-orang terkemuka (pesohor, public figure, selebritas, artis, pejabat) jauh lebih mungkin untuk membuat berita daripada tokoh non-publik.
- Kebaruan, keanehan, atau yang tidak biasa (Novelty, oddity, or the unusual) – Kisah-kisah aneh kemungkinan besar akan masuk ke dalam berita. Anjing menggigit manusia — tidak ada cerita. Seorang pria menggigit anjing — cerita.
Setiap media berita memiliki protokol yang berbeda untuk memilih berita mana yang akan ditayangkan, tetapi beberapa nilai tradisional yang sama juga dapat menentukan “kelayakan berita” sebuah berita.
Semakin banyak berita ini menghargai sebuah cerita, semakin besar kemungkinan Anda melihatnya ditampilkan secara mencolok di outlet media massa.